PRINSIP KERJA & CIRI-CIRI PEGADAIAN
Prinsip Kerja Pegadaian
1)
Mengarahkan ketimbang mengayuh
Pimpinan
pada Perum Pegadaian dalam memberikan penjelasan kepada bawahannya cenderung
mengarahkan ketimbang mengayuh. Hal ini terbukti pada sosialisasi budaya
organisasi pada pegawai. Dari sosialisasi tersebut pegawai diarahkan untuk
menjalankan pekerjaan sesuai dengan budaya yang berlaku pada Perum Pegadaian.
Pimpinan cenderung memberikan pengertian bahwa budaya organisasi sangat penting
untuk dijalankan untuk mencapai misi organisasi. Pegawai tidak diawasi dan
diajari setiap saat, namun yang lebih ditekankan adalah menumbuhkan kesadaran
pada individu pegawai agar dapat menjalankan tugas pekerjaannya sendiri sesuai
dengan budaya yang diinginkan.
2)
Memberi wewenang kepada masyarakat
Dengan
memberikan uang pinjaman pada masyarakat Perum Pegadaian telah memberikan
wewenang pada masyarakat untuk mengembangkan sendiri uang dari hasil pinjaman
tersebut. Masyarakat dapat mengembangkan pinjaman tersebut untuk berbagai
keperluan yang dapat mengembangkan kondisi perekonomiannya. Seperti misalnya
menggunakan uang pinjaman untuk berwirausaha sehingga jika berhasil dapat
mengangkat perekonomiannya.
3)
Menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian pelayanan
Pelayanan
dari masing-masing cabang perum pegadaian akan dinilai oleh pusat. Jadi
terdapat dorongan untuk melaksanakan pelayanan terbaik pada masing-masing cabang.
Seperti pada Perum Pegadaian yang merasa harus bersaing dengan cabang atau institusi
lain yang juga bergerak dalam bidang jasa yang sama. Dengan demikian ada
komitmen yang kuat dari pegawai untuk terus meningkatkan pelayanan.
4)
Menciptakan organisasi yang digerakkan oleh misi daripada peraturan
Cara kerja
Perum Pegadaian digerakkan oleh misi perusahaan yaitu “Membantu program
pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya golongan menengah ke
bawah dengan memberikan solusi keuangan yang terbaik melalui penyaluran
pinjaman skala mikro, kecil dan menengah atas dasar hukum gadai dan fidusia;
memberikan manfaat kepada pemangku kepentingan dan melaksanakan tata kelola
perusahaan yang baik secara konsisten; serta melaksanakan usaha lain dalam
rangka optimalisasi sumber daya..”
Misi ini
yang lebih mendorong pegawai pegadaian melaksanakan pelayanan yang berkualitas
pada masyarakat, daripada peraturan. Melalui misi tersebut Perum Pegadaian ikut
meningkatkan perekonomian masyarakat dengan cara memberikan uang pinjaman
berdasarkan hukum gadai kepada masyarakat kecil, baik yang bersifat produktif
maupun yang bersifat konsumtif, agar mereka terhindar dari praktek pinjaman
uang dengan bunga yang tidak wajar.
5)
Lebih berorientasi pada hasil bukan input
Orientasi
Perum Pegadaian adalah bagaimana menghasilkan kinerja yang baik sehingga
kepuasan konsumen dapat tercipta. Input kinerja seperti sumber daya manusia,
modal, dan waktu sebenarnya juga diperhatikan. Namun yang jauh lebih mendapat
perhatian dari pimpinan yaitu hasil akhirnya.
6)
Berorientasi pada pelanggan bukan birokrasi
Sesuai
dengan misi perusahaan yaitu “Membantu program pemerintah meningkatkan
kesejahteraan rakyat…” maka orientasi perum Pegadaian adalah pelanggan
(rakyat). Pegawai tidak bertindak sebagai abdi Negara, melainkan bertindak
sebagai abdi masyarakat.
7)
Berorientasi wirausaha
Kegiatan
yang dilakukan pada Perum Pegadaian orientasinya adalah wirausaha. Seperti program CSR yang diberi nama “Go
Entrepreneur”. Dengan program tersebut Perum Pegadaian ingin turut
berpartisipasi menumbuhkan bibit wirausaha di kalangan muda.
8)
Bersifat antisipatif
Pegawai
dalam menjalankan pekerjaannya tidak serta merta hanya menjalankan pekerjaan
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kadang kala juga diperlukan antisipasi
pemecahan masalah sendiri jika ada kejadian di luar dugaan. Seperti misalnya
terjadi peristiwa kerusakan barang akibat kelalaian pegawai di depan konsumen
yang secara langsung menyaksikan kelalaian pegawai tersebut, pegawai harus
memiliki antisipasi pemecahan masalah yang dapat diterima oleh konsumen, tidak
hanya menunggu perintah dan solusi dari atasan.
9)
Menciptakan desentralisasi
Setelah
statusnya berubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) pada tahun 1990, maka seluruh
kekayaan termasuk pegawai pegadaian dipisahkan dari administrasi Departemen
Keuangan. Dari sini desentralisasi mulai terbentuk. Perum Pegadaian merasa
perlu memikirkan suatu identitas perusahaan untuk menjalankan usahanya sendiri.
Alat timbangan kemudian dipilih sebagai identitas perusahaan yang dikembangkan
berdasarkan kepribadan pegadaian yaitu “mengatasi masalah tanpa masalah”. Tentunya
itu tidak semata-mata hanya sebagai jargon kalimat tanpa makna, namun kinerja
yang ditunjukkan oleh pegawai harus benar-benar dapat memberikan solusi yang
baik bagi masyarakat.
Namun jika
dilihat pada budaya Perum Pegadaian belum dapat menciptakan desentralisasi.
Karena budaya organisasi masih tergantung pada pusat. Berbagai inovasi program
yang dijalankan juga merupakan rekomendasi dari pusat, jadi belum dapat
mengatur dan membuat budaya organisasi sendiri di cabang tersebut.
10)
Berorientasi pada pasar
Orientasi
pada perum pegadaian adalah bagaimana agar pasar dapat berpihak pada perusahaan
tersebut. Dengan semakin ketatnya persaingan dalam bidang jasa yang sama, maka
pegawai harus pandai agar pasar dapat percaya pada Perum Pegadaian, bukan pada
institusi lain.
1. Bentuk
perusahaan : Perusahaan Umun (Perum)
2. Memberi
pinjaman kepada masyarakat umum dengan menjaminkan benda” masyarakat
3. Nilai
bunga yang dikenakan kepada nasabah relatif kecil
4. Prosedur
peminjaman mudah dan cepat
5. Barang
yang dapat digadaikan beraneka ragam jenisnya
Tidak ada komentar :
Posting Komentar